05 January 2013

Mengapa KOMPAS tak dapat menerima perubahan?


MENGAPA KOMPAS TAK DAPAT MENERIMA PERUBAHAN? 


1. Terlalu Mengada-ada mengatakan situs rusak parah oleh pengunjung. Arkeolog tak ada satupun yang memiliki apa dan bagaimana bentuk sebenarnya dari situs ini sebelum batu2 itu berserakan. Ada Kerusakan teknis kata ARKENAS, ini juga patut dipertanyakan, karena untuk mengetahui kerusakan teknis tentu harusnya ada standar teknis di bangunan atas gunung padang itu. Sampai hari ini tak ada dokumentasi ARKENAS atau Balar Bandung. 

Arkeolog yang merekomendasikan perusakan situs dg dirikan tower besi adalah peneliti utama Balar Bandung ini Lutfi Yondri, Bukan pedagang yg berjualan dan pengunjung yg merusak situs

2. ARKEOLOG /ARKENAS sampai hari ini belum mampu menjawab bagaimana bangunan itu dibuat. Belum ada riset yang berhasil dilakukan arkeolog dari mana asal batu, bagaimana batu itu diolah menjadi berbagai bentuk, dan berapa jumlah batu yang sebenarnya ada. Menyatakan bangunan itu dibuat dengan teknologi sederhana adalah opini yang asbun. Manusia sekarang saja tak mampu melakukannya, bagaimana mungkin disimpulkan sederhana tanpa teknologi. Karena Kesimpulan yang sangat lemah tanpa dasar.dari Prof Munarjito

3.KOMPAS menutup mata terhadap penelitian tim katastropik purba dan tim terpadu riset mandiri tanpa alasan yang jelas. Entah sejak kapan dan kebijakan KOMPAS untuk tidak mempercayai riset ilmiah. Sampai hari ini beberapa hasil riset secara ilmiah tak ada yang bisa membantahnya. Mungkin kebijakan redaksi KOMPAS hanya percaya pada riset2 arkeologi dan geologi yang pernah dilakukan Belanda dan Inggris saja, Sebagai catatan, alat geofisika pernah dijadikan KOMPAS TV sebagai tema acara patahan lembang. Beberapa peneliti yang terlibat di acara TV itu adalah periset yang sama dengan penggunaan alat di Gunung Padang.

(Tanggapan ini diposting oleh Bang Andi Arief Dua)
MENGAPA KOMPAS TAK DAPAT MENERIMA PERUBAHAN? 

Berikut tanggapan yang kami buat sehubungan dengan berita http://sains.kompas.com/read/2013/01/04/20055849/Terus.Dirusak.Situs.Gunung.Padang.Diperlakukan.bak.Keset 

1. Terlalu Mengada-ada mengatakan situs rusak parah oleh pengunjung. Arkeolog tak ada satupun yang memiliki apa dan bagaimana bentuk sebenarnya dari situs ini sebelum batu2 itu berserakan. Ada Kerusakan teknis kata ARKENAS, ini juga patut dipertanyakan, karena untuk mengetahui kerusakan teknis tentu harusnya ada standar teknis di bangunan atas gunung padang itu. Sampai hari ini tak ada dokumentasi ARKENAS atau Balar Bandung. 

Arkeolog yang merekomendasikan perusakan situs dg dirikan tower besi adalah peneliti utama Balar Bandung ini Lutfi Yondri, Bukan pedagang yg berjualan dan pengunjung yg merusak situs

2. ARKEOLOG /ARKENAS sampai hari ini belum mampu menjawab bagaimana bangunan itu dibuat. Belum ada riset yang berhasil dilakukan arkeolog dari mana asal batu, bagaimana batu itu diolah menjadi berbagai bentuk, dan berapa jumlah batu yang sebenarnya ada. Menyatakan bangunan itu dibuat dengan teknologi sederhana adalah opini yang asbun. Manusia sekarang saja tak mampu melakukannya, bagaimana mungkin disimpulkan sederhana tanpa teknologi. Karena Kesimpulan yang sangat lemah tanpa dasar.dari Prof Munarjito

3.KOMPAS menutup mata terhadap penelitian tim katastropik purba dan tim terpadu riset mandiri tanpa alasan yang jelas. Entah sejak kapan dan kebijakan KOMPAS untuk tidak mempercayai riset ilmiah. Sampai hari ini beberapa hasil riset secara ilmiah tak ada yang bisa membantahnya. Mungkin kebijakan redaksi KOMPAS hanya percaya pada riset2 arkeologi dan geologi yang pernah dilakukan Belanda dan Inggris saja, Sebagai catatan, alat geofisika pernah dijadikan KOMPAS TV sebagai tema acara patahan lembang. Beberapa peneliti yang terlibat di acara TV itu adalah periset yang sama dengan penggunaan alat di Gunung Padang.

(Tanggapan ini diposting oleh Bang @[100000081222101:2048:Andi Arief Dua])