03 November 2012

Situs Gunung Padang Lebih Tua dari Piramida Giza


Laboratorium internasional di Miami itu kerap menjadi rujukan dunia.

Sabtu, 3 November 2012, 06:45                                     Syahid Latif, Amal Nur Ngazis
Situs Megalitikum Gunung Padang


VIVAnews - Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat
merilis usia bangunan bawah permukaan Gunung Padang. Hasilnya
mengejutkan. Umur lapisan dari kedalaman sekitar 5-12 meter pada Bor 2
mencapai 14.500–25.000 SM atau lebih tua dari umur tersebut. Bahkan,
usia tersebut lebih tua dibandingkan dari Piramida Giza di
Mesir yang berumur 2.560 SM.

Hasil ini konsisten dan memperkuat hasil uji karbon dating laboratorium
Batan, yang dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman
-4 meter pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil menunjukkan
5500 +130 tahun BP(before present) yang lalu.
Sementara itu, pengujian material pasir di kedalaman -8 sampai dengan
-10 meter pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun BP yang lalu.

"Fakta pengukurannya seperti itu, akurasi sangat penting. Di Batan hanya
sampel lebih banyak, harusnya ketepatan tidak perlu diragukan lagi, apalagi
jika sampelnya lebih banyak. Kita semakin yakin," ujar Budiono Ontowirjo,
anggota Tim Terpadu Riset Mandiri kepada VIVAnews, Jumat 2 November 2012.
Budiono mengatakan sampel yang diambil Batan saat itu mencapai 200 gram,
sedangkan di laboratorium Miami, yang menghasilkan hasil akurat, cukup
mengambil 3 gram dengan materi yang sama diuji di laboratorium Batan.

Sebagaimana diketahui, laboratorium internasional di Miami tersebut
kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait uji karbon 
(carbon dating).

Dengan demikian, hasil uji laboratorium Batan dan Beta Analytic Miami,
Florida tersebut menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel
laboratorium Batan.

Sebelumnya, tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia
Gunung Padang di laboratorium Batan, namun tidak banyak respons positif,
bahkan beberapa pihak meragukannya.

"Jadi, sudah bisa dipastikan itu adalah hasil budaya, kalau ada susunan
itu hasil budaya, struktur sangat bagus, semakin ke bawah umur
semakin tua," ujarnya.

Dengan demikian, ia berharap sudah saatnya kemampuan, kualitas
para ilmuwan dan laboratorium Batan diakui.

Usai pengungkapan hasil uji laboratorium Miami, pihaknya semakin
terus melanjutkan riset Gunung Padang.

"Ini akan lanjut lagi, riset ini kan perlu 3-5 tahun. Ke depan bisa
dipastikan bentuk bangunannya, dan tentu perlu dilakukan renovasi
bangunan agar tidak berantakan seperti saat ini," katanya.

Berikut hasil uji kedua laboratorium :

Laboratorium Batan

1. Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah
permukaan) sekitar 600 tahun SM --hasil carbon dating dari sampel
yang diperoleh Arkeolog, DR Ali Akbar, anggota Tim Riset
Terpadu di Lab BATAN--

2. Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter
di Bor-1 yang melandasi situs Gunung Padang di atasnya --sehingga
bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas
dibuat-- sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil
dari hasil analisis Batan).

3. Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter
di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua.

Laboratorium Miami Florida

1. Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga 
man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia) dengan
ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di
bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Lab Miami Florida).

2. Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,
sekitar 14500–25000 SM / atau lebih tua (Lab Miami Florida). (art)

06 October 2012

Atlantis Lemuria Indonesia Ada hubungan apa antara Atlantis, Lemuria dengan Indonesia?



Kejayaan Nusantara Kuno, Bukti Bahwa Pulau-pulau Indonesia yang sangat Kaya Raya sejak masa Peradaban Kuno

Masa lampau Indonesia sangat kaya raya. Ini dibuktikan oleh informasi dari berbagai sumber kuno. Kali ini kami akan membahas kekayaan tiap pulau yang ada di Indonesia. Pulau-pulau itu akan kami sebutkan menjadi tujuh bagian besar yaitu Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda kecil, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Sumatera - Pulau Emas

Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera juga dikenal sebagai pulau Andalas.

Pada masa Dinasti ke-18 Fir'aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Barus (Lobu Tua - daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir'aun Mesir kuno.

Di samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina negara kota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan Ophir. Kemungkinan Ophir berada di Sumatera Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir. Gunung Ophir (dikenal juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung tertinggi di Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas di Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau. Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir. Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku di timur.

Kini kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak jenis mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas. Sumatera memiliki berbagai bahan tambang, seperti batu bara, emas, dan timah hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan tambang seperti emas dan lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa orang yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal sebagai pulau emas kembali.

Jawa - Pulau Padi

Dahulu Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "Pulau Padi" dan disebut dalam epik Hindu Ramayana. Epik itu mengatakan "Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau Emas dan perak, kaya dengan tambang emas", sebagai salah satu bagian paling jauh di bumi. Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis tentang adanya “negeri Emas” dan “negeri Perak” dan pulau-pulau, antara lain pulau “”Iabadiu” yang berarti “Pulau Padi”.
Ptolomeus menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawadwipa) terletak Argyre (kotaperak). Kota Perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda kuno, Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa. Salakanagara dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan perak sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota perak.

Di Pulau Jawa ini juga berdiri kerajaan besar Majapahit. Majapahit tercatat sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan kepulauan Nusantara meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Dalam catatan Wang Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321, Odorico da Pordenone, menyebutkan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.

Menurut banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal, karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah Pulau Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh tanaman.
Raffles pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan,” demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”

Kini pulau Jawa memasok 53 persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian padi banyak terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar biasa. Pulau Jawa dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga terkenal dengan kopinya yang disebut kopi Jawa. Curah hujan dan tingkat keasaman tanah di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh lebih baik dari kopi Amerika Latin ataupun Afrika.
Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga benyak terdapat di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang, wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah, tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan. Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan tidak mungkin jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara maksimal untuk pertanian maka Pulau Jawa bisa sangat kaya hanya dari hasil pertanian.

Kepulauan Sunda kecil (Bali, NTB dan NTT) - Kepulauan Wisata

Ptolemaeus menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah timur India. Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau di timur India. Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.

Daerah Kepulauan Sunda kecil ini dikenal sebagai daerah wisata karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Sejak dulu telah ada yang berwisata ke daerah ini. Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagaman. Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar abad 11. Pada tahun 1920 wisatawan dari Eropa mulai datang ke Bali. Bali di Eropa dikenal juga sebagai the Island of God.

Di Tempat lain di Kepulauan Sunda Kecil tepatnya di daerah Nusa Tenggara Barat dikenal dari hasil ternaknya berupa kuda, sapi, dan kerbau. Kuda Nusa tenggara sudah dikenal dunia sejak ratusan tahun silam. Abad 13 M Nusa Tenggara Barat telah mengirim kuda-kuda ke Pulau Jawa. Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai tempat pariwisata raja-raja. Raja-raja dari kerajaan Bali membangun Taman Narmada pada tahun 1727 M di daerah Pulau Lombok untuk melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di kerajaan.

Daerah Sunda Kecil yang tidak kalah kayanya adalah Nusa Tenggara Timur, karena di daerah ini terdapat kayu cendana yang sangat berharga. Cendana adalah tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Cendana dari Nusa Tenggara Timur telah diperdagangkan sejak awal abad masehi. Sejak awal abad masehi, banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor. Konon Nabi Sulaiman memakai cendana untuk membuat tiang-tiang dalam bait Sulaiman, dan untuk alat musik. Nabi Sulaiman mengimpor kayu ini dari tempat-tempat yang jauh yang kemungkinan cendana tersebut berasal dari Nusa Tenggara Timur.

Kini Kepulauan Sunda kecil ini merupakan tempat pariwisata yang terkenal di dunia. Bali merupakan pulau terindah di dunia. Lombok juga merupakan salah satu tempat terindah di dunia. Sementara itu di Nusa tenggara Timur terdapat Pulau yang dihuni binatang purba satu-satunya di dunia yang masih hidup yaitu komodo. Kepulauan Sunda kecil merupakan tempat yang misterius dan sangat menawan. Kepulauan ini bisa mendapat banyak kekayaan para pelancong dari seluruh dunia jika dikelola secara maksimal.

Kalimantan - Pulau Lumbung energi

Dahulu nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan yu chi) disebut dengan istilah Chin li p’i shih. Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P'ulo Chung). Borneo adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda.

Pada zaman dulu pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan di Pulau ini.

Di Kalimantan berdiri kerajaan Kutai. Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke 4 (empat) pada berita-berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama “Quetaire” begitu pula dengan berita Cina pada abat ke 9 (sembilan) menyebut Kutai dengan sebutan “Kho They” yang berarti kerajaan besar. Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno Kitab Negara Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca ditulis dengan istilah “Tunjung Kute”. Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.

Kini Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumberdaya alam di Indonesia memiliki beberapa sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, diantaranya adalah batubara, minyak, gas dan geothermal. Hutan Kalimantan mengandung gambut yang dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit listrik maupun pemanas sebagai pengganti batu bara. Yang luar biasa ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Disamping itu Kalimantan juga memiliki potensi lain yakni sebagai penyedia sumber energi botani atau terbaharui. Sumber energi botani atau bioenergi ini adalah dari CPO sawit. Pulau Kalimantan memang sangat kaya.

Sulawesi - Pulau besi

Orang Arab menyebut Sulawesi dengan nama Sholibis. Orang Belanda menyebut pulau ini dengan nama Celebes. Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak 30.000 tahun yang lalu terbukti dengan adanya peninggalan purba di Pulau ini. Contohnya lokasi prasejarah zaman batu Lembah Besoa.

Nama Sulawesi konon berasal dari kata ‘Sula’ yang berarti pulau dan ‘besi’. Pulau Sulawesi sejak dahulu adalah penghasil bessi (besi), sehingga tidaklah mengherankan Ussu dan sekitar danau Matana mengandung besi dan nikkel. Di sulawesi pernah berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi. Bessi Luwu atau senjata Luwu (keris atau kawali) sangat terkenal akan keampuhannya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi. Dalam sejarah Majapahit, wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan, selain dikenal sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain-lain. Menurut catatan yang ada, sejak abad XIV Luwu telah dikenal sebagai tempat peleburan besi.

Di Pulau Sulawesi ini juga pernah berdiri Kerajaan Gowa Tallo yang pernah berada dipuncak kejayaan yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa ke timur sampai ke selat Dobo, ke utara sampai ke Sulu, ke barat sampai ke Kutai dan ke selatan melalui Sunda Kecil, diluar pulau Bali sampai ke Marege (bagian utara Australia). Ini menunjukkan kekuasaan yang luas meliputi lebih dari 2/3 wilayah Nusantara.

Selama zaman yang makmur akan perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai 19, Sulawesi sebagai gerbang kepulauan Maluku, pulau yang kaya akan rempah-rempah. Kerajaan besar seperti Makasar dan Bone seperti yang disebutkan dalam sejarah Indonesia timur, telah memainkan peranan penting. Pada abad ke 14 Masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia. Perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu itu sudah bisa berlayar sampai ke Madagaskar di Afrika, suatu perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang besar dan keberanian luar biasa. Ini membuktikan bahwa suku Bugis memiliki kemampuan membuat perahu yang mengagumkan, dan memiliki semangat bahari yang tinggi. Pada saat yang sama Vasco da Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497 dalam upaya mencari rempah-rempah, dan menemukan benua-benua baru di timur, yang sebelumnya dirintis Marco Polo.

Sampai saat ini Sulawesi sangat kaya akan bahan tambang meliputi besi, tembaga, emas, perak, nikel, titanium, mangan semen, pasir besi/hitam, belerang, kaolin dan bahan galian C seperti pasir, batu, krikil dan trass. Jika saja dikelola dengan baik demi kemakmuran rakyat maka menjadi kayalah seluruh orang Sulawesi.

Maluku - Kepulauan rempah-rempah

Maluku memiliki nama asli "Jazirah al-Mulk" yang artinya kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis, Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’.

Pada masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.

Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang, negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.

Selain cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi. Melihat mahalnya harga rempah-rempah waktu itu banyak orang Eropa kemudian mencari Kepulauan rempah-rempah ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper Columbus ke arah barat adalah jalan menuju Kepulauan Maluku, ‘The Island of Spices’ (Pulau Rempah-rempah), meskipun pada akhirnya Ia justru menemukan benua baru bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.

Kini sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.

Papua - Pulau surga

Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI. Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.

Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju. Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari beberapa bulan yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.

Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua. Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.

Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia. Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan "dunia yang hilang",dan "Taman Firdaus di bumi", dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.


Demikianlah sedikit tulisan mengenai pulau-pulau di Indonesia yang sangat kaya. Dari tulisan tersebut sebenarnya Indonesia sudah dikenal sebagai bumi yang kaya sejak zaman peradaban kuno. Kita tidak tahu peradaban kuno apa yang sebenarnya telah ada di Kepulauan Nusantara ini. Bisa jadi telah ada peradaban kuno dan makmur di Indonesia ini yang tidak tercatat sejarah.
Ilmuwan Brazil Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teori bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis. Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu.

Oppenheimer dalam buku “Eden in the East: the Drowned Continent of Southeast Asia”, mengajukan bahwa Sundaland (Indonesia) adalah Taman Firdaus (Taman Eden). bahwa Taman Firdaus (Eden) itu bukan di Timur Tengah, tetapi justru di Sundaland. Indonesia memang merupakan lahan yang subur dan indah yang terletak di jalur cincin api (pacific ring of fire), yang ditandai keberadaan lebih dari 500 gunung berapi di Indonesia. Indonesia bisa saja disebut sebagai surga yang dikelilingi cincin api. Tapi terlepas dari benar atau tidaknya kita semua sepakat mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan hasil bumi, laut maupun budayanya.

Kebudayaan asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban Mesir maupun Mesopotamia mulai menulis di atas batu. Peradaban bangsa Indonesia mungkin memang tidak dimulai dengan tradisi tulisan, akan tetapi tradisi lisan telah hidup dan mengakar dalam jiwa masyarakat kuno bangsa kita.
Alam Indonesia yang kaya-raya dan dirawat dengan baik oleh nenek moyang kita juga menjadi salah satu faktor yang membuat kepulauan nusantara menjadi sumber perhatian dunia. Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah di samping letaknya yang strategis secara geografis. Sumber daya alam tersebut mulai dari kekayaan laut, hutan, hingga barang tambang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kini mulai banyak ditemukan tambang baru di Indonesia. Orang Indonesia akan terkejut dengan kekayaan alam apa lagi yang akan muncul dari dalam bumi Indonesia ini.

Bumi yang kaya ini jika dikelola dengan baik akan membuat setiap rakyat Indonesia bisa memperoleh kemakmuran yang luar biasa sehingga bisa jadi suatu saat rakyat Indonesia sudah tidak perlu dikenakan pajak seperti saat ini, dan segala fasilitas bisa dinikmati dengan gratis berkat dari kekayaan alam yang melimpah yang dibagi kepada rakyat secara adil. Yang dibutuhkan Indonesia adalah penguasa baik, adil dan pandai yang amat mencintai rakyat dan menolak segala bentuk kebijakan yang menyulitkan masyarakat. Sudah saatnya Indonesia bangkit menuju kejayaannya. Jika hal itu terlaksana Indonesia bisa menjadi negara paling kaya di dunia.

Kitab Henokh Ungkap Peradaban Lemuria Zaman Idris



Kitab Henokh (Enoch) mengungkap misteri peradaban kuno yang hilang (Lemuria), peradaban pertama yang maju dengan ilmu pengetahuan dari ‘surga’?
Potongan Buku Henokh atau sebagian sejarawan menyebutnya kitab Henokh yang ditemukan akhirnya sedikit demi sedikit bisa menjawab keberadaan benua yang hilang, peradaban Lemuria yang menjadi wilayah maju dan sombong hingga Tuhan harus menenggelamkannya kedalam Samudera Pasifik.
Fallen Angels and the Origins of Evil‘ karya Elizabeth Clare, setidaknya menjelaskan secara rinci tentang asal usul Benua Lemuria, Atlantis,  dan Dunia Bawah dengan menerjemahkan Kitab Henokh dan Alkitab yang ada saat ini. Ada juga sumber lain yang diperoleh dari seorang penulis Arab di abad pertengahan, Al Masoudi. Mungkin, artikel kali ini terdengar seperti sebuah ‘keyakinan’ tapi nantinya lebih mendekati ‘mitos’ yang terdengar seperti ‘kenyataan’.

Kitab Henokh, Kunci Misteri Peradaban Awal

Ahli Alkitab dan beberapa arkeolog menganggap kisah Henokh (Enoch) berada di Timur Tengah, ada kemungkinan Henokh (ataupun Idris) hidup di peradaban kuno Lemuria ataupun Atlantis. Henokh adalah generasi ke-7 keturunan Adam, hidup di Taman Eden yang terletak di Lemuria (Mu) Samudera Pasifik. Benua Lemuria yang menghilang 250.000 tahun lalu akibat ledakan gas di bawah benua. Pada tahun 2004, beberapa studi ilmiah independen telah mengkonfirmasi ledakan ini. Salah satu ilmuwan benar-benar mengatakan ada ledakan saat ini. Yang lainnya mengatakan ada bencana lain yang didasarkan adanya penurunan oksigen dalam jumlah besar diplanet bumi.
kitab henokh, enoch
Scroll Kitab Henokh / Credit: University of Michigan, Ann Arbor Library
Henokh diperkirakan lebih dekat dengan generasi Nabi Nuh yang mungkin menempatkan dirinya di wilayah yang sama dengan Nuh. Secara umum diakui oleh para ilmuwan dan mereka yang akrab dengan sejarah esoterik bumi, bahwa banjir terjadi sekitar 12.000 tahun yang lalu. Banyak yang percaya bahtera itu mendarat di timur tengah, tapi bukan berarti bahwa Atlantis dekat dengan Mediterrenean. Sebagian arkeolog menempatkan Atlantis dekat dengan Yunani tetapi tidak semua, mereka tidak dibatasi ortodoksi seperti John Anthony West, Robert Shoch, Graham Hancock, Robert Bauval, Michael Cremo dan ilmuwan lain yang mengetahui bahwa sejarah Mesir kuno dan legenda Atlantis sangat jauh berbeda.
Plato menulis bahwa benua Atlantis berada di luar Pilar Hercules, ilmuwan masih belum memberikan gambaranperadaban kuno yang mampu membangun piramida Mesir dengan batu dan saat ini manusia tidak sanggup membangunnya. Selama ini, Gereja Katolik menolak Plato dan mendukung Aristoteles karena Plato lebih bersifat mistis. Mistisisme menyiratkan bahwa individu memiliki kemampuan untuk memasuki arus Ilahi atau memiliki hubungan langsung dengan Tuhan. Hal ini tentu saja dianggap ‘laknat’ oleh Gereja Katolik yang tergerus kekuasaan dan otoritas.
Dalam penerjemahan secara Islami, naskah Aristoteles yang diterjemahkan Roger Bacon perlahan mulai terungkap. Tapi polemik dan perbedaan pendapat terjadi, Roger Bacon adalah seorang alkemis yang dianggap mistik dan hal itu lebih selaras dengan filosofis Plato.
Literatur esoteris dan metafisik selama lebih dari 120 tahun terakhir menyatakan bahwa Atlantis berada di tengah Samudra Atlantik. A Dweller on Two Planets (1, 2) karya Phylos, adalah buku yang menceritakan tentang Atlantis dan diterbitkan sekitar waktu yang sama. Edgar Cayce tidak hanya menggambarkan Atlantis tapi juga mengatakan bukti akan ditemukan sekitar Bimini. Tradisi esoterik lainnya seperti ‘The Bridge to Freedom and The Summit Lighthouse‘ telah memberikan gambaran yang dimulai dari tradisi-tradisi yang tersisa. Taylor Caldwell diusia 12 tahun menulis tentang legenda peradaban kuno di benua Atlantik dalam buku ‘The Romance of Atlantis’. Dalam bukunya menyatakan tentang kejatuhan dan penurunan moral serta spiritual. Pada puncaknya mengalami bencana banjir besar seperti yang diceritakah cucu Henokh (Nuh) dalam Alkitab.

Keturunan Adam Mendirikan Peradaban Lemuria

Berkembangnya manusia di Bumi melalui beberapa tahap yang akhirnya mendirikan peradaban kuno yang dibentuk anak-anak Adam. Keturunan Adam sebagian besar sejarahnya hampir tidak bisa ditelusuri. Bumi tenggelam hingga ke level paling rendah dan ketika itu kesadaran spiritual padam. Adam dan Hawa hidup di muka bumi dengan berbagai perkembangan yang kurang maju. Ketika Cain (Qabil) membunuh Habel (keturunan Adam yang saling membunuh), dia diusir untuk mencari istri dari keturunan lain, Cain pergi ke daratan Lemuria untuk menemukan pasangan.
Adam dan Hawa bukan makhluk pertama di Bumi, mereka memiliki tetangga meskipun jauh. Misteri yang melahirkan keturunan Cain dan berkembang di Lemuria, keturunan yang kehilangan moral dan spritual hingga Tuhan memberikan bencana besar.
Beberapa sejarawan memiliki anggapan berbeda dalam konsep penerjemahan Adam dan Hawa sebagai manusia yang pertama kali diciptakan Tuhan. Adam lebih berkaitan dengan Roh yang pertama kali diciptakan, kemudian mereka ditemani oleh banyak ‘pasangan’ yang juga hidup di planet bumi. Logikanya, ketika Cain diusir dari lingkaran Adam, bagaimana dia bisa mendapatkan pasangan? Yang menjadi pertanyaan, apakah fisik pasangannya sama seperti Hawa?

Kitab Henokh Menceritakan Kehancuran Lemuria Dan Atlantis

Kitab Henokh memiliki banyak misteri yang bisa mengungkap keberadaan peradaban kuno Lemuria dan Atlantis. Berikut beberapa isi kitab Henokh yang diterjemahkan Elizabeth Clare.
Kitab Henokh berbicara tentang alam yang tidak jelas di mana sejarah dan mitologi saling tumpang tindih, serta huruf-huruf rahasia tak terduga tentang pengetahuan kuno. Ketika para malaikat surgawi dan pemimpin mereka bernama Samyaza mengembangkan nafsu tak terpuaskan atas ‘anak perempuan dari manusia’ di bumi dan keinginan tak tertahankan untuk melahirkan anak dengan wanita-wanita ini. Samyaza takut untuk turun sendiri, maka dia meyakinkan 200 malaikat yang disebut ‘Penjaga’ untuk menemaninya dalam misi kenikmatan. Kemudian para malaikat mengambil sumpah dan terikat diri melalui ‘kutukan bersama’. Para malaikat turun dan mengambil istri di antara anak perempuan manusia. Mereka mengajarkan sihir kepada wanita, mantra, dan ramalan versi rahasia surga.
Para wanita itu mengandung anak dari para malaikat, raksasa-raksasa jahat. Raksasa yang melahap semua makanan manusia di bumi, mereka membunuh dan memakan burung, reptil, dan ikan. Tidak ada yang sakral, tak lama kemudian Homo Sapiens menjadi hidangan mewah (7:1-15). Azazyel menciptakan perlengkapan tidak wajar untuk istrinya seperti riasan mata dan gelang mewah untuk meningkatkan daya tarik seks. Sedangkan untuk pria, Azazyel mengajarkan mereka ‘setiap jenis kejahatan’ termasuk sarana untuk membuat pedang, pisau, perisai, pakaian perang dan semua peralatan perang (8:1-9).
Ketika manusia di bumi berseru menentang kekejaman ditimpakan pada mereka, Surga mendengar permohonan manusia. Para malaikat perkasa Mikail, Jibril, Raphael (Israfil), Suryal, dan Uriel banding atas nama manusia di hadapan Yang Mahatinggi, Raja segala raja (9:1-14). Tuhan memerintahkan Raphael untuk mengikat tangan dan kaki Azazyel. Jibril dikirim untuk menghancurkan anak-anak hasil perzinahan, keturunan dari para Penjaga. Mikail kemudian mengikat Samyaza dan keturunannya yang jahat selama 70 generasi di dunia bawah (bumi), bahkan sampai hari penghakiman. Dan Tuhan mengirimkan Banjir Besar untuk melenyapkan raksasa jahat, anak-anak dari para Penjaga.
Disini dijelaskan bahwa peradaban Lemuria dan Atlantis yang diyakini pengikut NAZI dan segala bentuk organisasi Rosicrucian, mereka meyakini Taman Eden di benua yang hilang, meyakini dunia bawah (yang diceritakan sebagai tempat ‘pengurungan’ Samyaza), adalah bangsa yang menginginkan pemusnahan masal terhadap manusia sebagai pembalasan ‘nenek moyang’ mereka yang terbuang.
Tapi penerjemahan naskah ini masih menjadi misteri, bagaimana mungkin kitab Henokh bisa menjelaskan tentang Banjir Besar, sementara bencana itu terjadi di masa Nabi Nuh? Dalam Alkitab, Henokh ataupun Idris diangkat ke langit dan mungkin saja Kitab Henokh ditulis kembali sesudah bencana banjir besar.

Peradaban Maju, Asal Usul Pembangunan Piramida Mesir

Dalam narasi yang ditemukan, Henokh (Idris) melihat visi masa depan tentang zaman nabi Nuh. Seorang penulis Arab dari abad ke-10 AD bernama Al Masoudi menulis sebuah catatan sejarah berjudul ‘Fields of Gold-Mines Of Gems‘. Di dalamnya, Masoudi menceritakan kisah Raja Saurid Ibnu Salhouk, seorang penguasa Mesir yang hidup 300 tahun sebelum banjir.
Saat bumi itu sedikit lebih muda, Saurid Ibnu Salhouk, tidurnya terus-menerus terganggu oleh mimpi buruk yang mengerikan. Dia melihat bahwa ‘seluruh bumi diserahkan’ beserta penghuninya. Dia melihat pria dan wanita jatuh di atas mereka dan ‘bintang jatuh ke bawah dengan suara mengerikan’. Akibatnya ‘mengambil’ semua manusia yang hidup dimasa itu. Setelah satu malam lebih mimpi itu terus berlanjut, ia memanggil para imam yang datang dari semua provinsi di Mesir kuno. Tidak kurang dari 130 imam berdiri di depannya, salah satu pemimpin mereka mempelajari dan mencoba menafsirkan mimpi itu.
Masing-masing imam berkonsultasi dengan mempelajari ketinggian bintang di angkasa. Mereka mengatakan kepada raja bahwa mimpi buruknya mengisyaratkan bahwa banjir besar akan menutupi bumi. Kemudian api besar akan datang dari arah konstelasi bintang Leo. Mereka meyakinkan bahwa setelah bencana ini ‘dunia akan kembali ke awal’.
“Apakah akan datang ke negara kami” tanya raja, dan mereka menjawab dengan jujur. “Ya, dan itu akan menghancurkannya?”
Setelah menerima nasib masa depan kerajaannya, Saurid memutuskan untuk membangun tiga piramida Mesir yang menakjubkan serta lemari besi yang sangat kuat. Semua itu harus diisi dengan ‘pengetahuan tentang ilmu rahasia’ termasuk semua ilmu astronomi, matematika dan geometri yang telah mereka pelajari. Semua pengetahuan ini akan tetap tersembunyi, dan suatu hari akan datang seseorang yang membuka tempat-tempat rahasia itu.
Tulisan Al Masoudi masih menjadi misteri, apakah Idris (Henokh) menjadi pemimpin para imam yang meramalkan kehancuran bumi? Etimologi menyebutkan bahwa Idris seorang yang pintar, penemu tulisan dan alat tulis, dan ahli astronomi (perbintangan). Dia juga pernah disebut sebagai Singa dari segala singa karena keberanian dan kegagahannya.
Masih banyak rahasia Buku Henokh yang belum terselesaikan, misteri-misteri peradaban kuno mungkin akan terjawab melallui naskah kuno dan alkitab yang ada saat ini. Di lain waktu, kita akan membahas masalah makhluk asing atau alien yang diyakini (juga disinggung dalam kitab Henokh) muncul di zaman nabi Idris, apakah Henokh berhasil dalam rekayasa genetik?

Inti Artikel :

peradaban kuno, kitab henokh, legenda lemuria, alkitab kuno, henokh dan piramida, kehidupan di lemuria,peradaban lemuria, peradaban lemurian, misteri lemuria, peradapan kuno, legenda peradaban kuno bumi, banjir nabi nuh & peradaban benua atlantis, wanita yunani kuno, misteri dunia kehidupan lain atlantis lemuria, misteri nabi idris, misteri peradaban jaman nabi nuh, misteri tulisan lemuria, naskah asli kitab enoch, penyebab banjir besar di alkitab, peradaban pertama dimuka bumi,

Sumber : http://cutpen.com/2012/07/kitab-henokh-peradaban-idris.html

03 August 2012

Ditemukan Lapisan Budaya Baru Gunung Padang?

Arkeolog menemukan sisa pembakaran yang diduga dari 500 SM.


VIVAnews - Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang terus melakukan penelitian di punden berundak yang berasal dari masa megalitik ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya dugaan berbagai lapisan budaya di Gunung Padang, atau yang lebih dikenal dengan sebutan multi component site.

Sebelumnya, Tim Terpadu memperlihatkan dugaan adanya dua lapisan budaya di Gunung Padang, dari hasil pengeboran di teras 3 dan teras 5. Pertama, hasil carbon dating di teras 3 memperlihatkan angka berasal dari 4.700 SM. Kedua, hasil carbon dating di teras 5 menunjukkan dugaan berasal dari 10.000 SM. Lihat penjelasannya di tautan ini.

Tapi kemudian, dari hasil ekskavasi yang dilakukan di sebelah selatan Teras 5 Gunung Padang, tim arkeologi menemukan dugaan adanya lapisan budaya lain, yang lebih muda. Hasil ini didapat setelah tim menemukan adanya sisa pembakaran di kedalaman 66 cm.

"Diduga ada aktivitas manusia di kedalaman 66 cm, yang usianya 2.450 BP (before present) atau sekitar 500 SM," kata Koordinator Tim Arkeologi, Ali Akbar, saat berbincang dengan VIVAnews, 2 Agustus 2012.
Meski begitu, Tim Arkeologi masih belum bisa menjelaskan mengenai aktivitas manusia seperti apa dari temuan sisa pembakaran itu. Belum diketahui juga konteks temuan sisa pembakaran dengan fungsi punden berundak Gunung Padang, yang saat ini masih diyakini arkeolog sebagai tempat pemujaan.

Ali Akbar kemudian menjelaskan, adanya berbagai lapisan budaya merupakan hal yang biasa ditemukan dalam penelitian arkeologi. Sebagai contoh, Ali kemudian memberikan adanya lapisan budaya yang ditemukan saat pembuatan terowongan menuju Terminal Transjakarta di depan Stasiun Kota, Jakarta.

"Di lapisan atas ada aspal, kemudian ada bekas jalanan lain yang lebih tua. Di bawahnya ada bekas rel trem yang pernah beroperasi. Kemudian di bawahnya, ada lagi struktur bangunan yang diduga benteng Kota Batavia," ujar Ali Akbar.

Meski demikian, secara garis besar Ali Akbar menyebut ada dua kesimpulan yang ingin disampaikan mengenai penelitian Gunung Padang. Pertama, Gunung Padang merupakan bangunan prasejarah yang sebelumnya diperkirakan kecil, ternyata memiliki luas yang sangat besar, hampir 15 hektar.
Sketsa Gunung Padang dari Timur Laut 
Foto: Ali Akbar
Sketsa Gunung Padang dari Utara 
Foto: Ali Akbar
 
"Prospek ini menjadi bangunan prasejarah terbesar di dunia sangat besar. Bahkan jika ini berasal dari 500 SM. Tapi perkiraan kami Gunung Padang berasal dari usia yang lebih tua," ucapnya.
Berdasarkan perbandingan struktur bangunan Gunung Padang dengan temuan megalitik lain, seperti di Pasir Angin, Lebak Cibadak, atau Pugung Raharjo, sebagian besar ahli arkeologi percaya Gunung Padang berasal dari periode Megalitik antara 2.500 SM hingga 1.500 SM.

Kedua, menurut Ali Akbar, hasil pengeboran yang menunjukkan usia 10.000 SM juga bukan temuan yang bisa dianggap remeh. Arkeolog, memang belum melakukan ekskavasi hingga kedalaman 8 - 10 meter di Teras 5, yang memperlihatkan hasil 10.000 SM, sehingga belum bisa membuktikan bahwa 10.000 SM itu merupakan lapisan budaya.

Meski begitu, dari sudut pandang geologi, usia 10.000 SM di kedalaman 8 - 10 meter terbilang muda. Sebab, jika Gunung Padang terbentuk secara alamiah, setidaknya kedalaman tersebut berusia jutaan tahun. (umi)

Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/341375-ditemukan-lapisan-budaya-baru-gunung-padang-

19 July 2012

Teliti Situs, Tim Perdalam Georadar Gunung Padang

foto

Tim peneliti kembali melakukan penelitian dengan sistem georadar di Situs Gunung Padang Cianjur, Jawa Barat, Selasa (17/7) dan Rabu (18/7). TEMPO/Deden Abdul Aziz



TEMPO.CO, Bandung  -Tim peneliti Gunung Padang kembali melakukan penelitian di kawasan Situs Megalitikum Gunung Padang di Kampung Panggulan Desa Karyamukti Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai Selasa, 17 Juli 2012 hingga Rabu, 18 Juli 2012. Penelitian ini dilakukan untuk menambah kedalaman georadar.

Ketua Tim peneliti Danny Hilman mengatakan,  sebelumnya penelitian georadar dilakukan dengan kedalaman 20 meter. Karena  kekurangan data, georadar kembali dilakukan dengan menambah kedalaman hingga 50 meter."Georadar ini diperlukan untuk mencari lapisan di kedalaman situs," kata Danny di Cianjur, Rabu 18 Juli 2012.

Hasil georadar ini, kata Danny, akan dilaporkan kepada tim bentukan Staf Ahli Kepresidenan untuk ditindaklanjuti.  "Pengeboran perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil carbon dating, sehingga usia situs bisa ditentukan," kata  Danny.

Penentuan usia situs diperlukan karena selama ini terdapat kesimpangsiuran masalah usia situs dan peradaban yang ada di sekitarnya. Jika kepastian usia ini bisa didapat, menurut Danny, kesimpangsiuran tersebut bisa dinetralisir.

Berdasarkan hasil carbon dating sebelumnya, dari teras 2 dengan kedalaman 5 meter terdapat material yang berusia 4.700 tahun Sebelum Masehi. Sedangkan dari teras 5 dengan kedalaman 8 meter ditemukan material berusia 10.300 tahun Sebelum Masehi.

"Kami masih memiliki sampel carbon dating untuk diteliti. Jika sebelumnya carbon dating diteliti di laboratorium Badan Atom Nasional (Batan), kali ini sampel akan dikirim  ke laboratorium di Miami, Amerika Serikat, "ucap  Danny.

Danny menjelaskan, ketepatan carbon dating di laboratorium Miami dijamin karena peralatannya super canggih.  Sayang, harganya sangat mahal. Untuk satu sampel dari satu gram carbon dating harganya mencapai 600 dolar Amerika Serikat atau kira-kira Rp 5,4 juta. "Padahal diperlukan 7-10 sampel untuk diteliti," ujarnya.

Penelitian georadar dilakukan di Situs Gunung Padang di tengah-tengah arus pengunjung yang cukup membludak. Ratusan pengunjung yang memenuhi areal situs cukup merepotkan tim peneliti.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/07/18/178417851/Teliti-Situs-Tim-Perdalam-Georadar-Gunung-Padang

12 July 2012

Gunung Padang, Truly Extraordinary

Liputan6.com, Jakarta: Gunung Padang adalah sebuah struktur punden berundak raksasa yang menutup lereng-lereng bukitnya dan dibuat dengan desain arsitektur kontruksi yang advance. "Ini setara dengan kontruksi bangunan Michu-Pichu di Peru," kata anggota Tim Terpadu Riset Mandiri Boediorto Ontowirjo, dalam siaran persnya, baru-baru ini.

Setelah melakukan riset, lanjut Boediarto, tim menyimpulkan tidak benar jika situs Gunung Padang hanya dianggap berada di atas bukit. Hasil survei dengan metode geolistrik, georadar, dan geomagnet menunjukkan ada geometri kontruksi bangunan di bawah situs Gunung Padang.

Menurut Boediarto, bangunan itu paling tidak menempati sekitar 15 meter bagian puncaknya. Sedangkan bangunan di bawah teras-teras Gunung Padang kelihatan mempunyai chamber-chamber besar (ditunjukkan oleh struktur veryhigh resistivity dari hasil survei geolistrik).

"Bagian kecil dari salah satu chamber yang berada di teras lima (bagian selatan Situs) ini sudah dibuktikan dengan pemboran. Ternyata memang benar sebuah rongga, tapi diisi oleh pasir (dengan butiran seragam), sepertinya untuk menyimpan sesuatu," ujar Boediarto.

Perkiraan umur Situs Gunung Padang di lapisan paling atas secara arkeologi (berdasarkan kesamaan bentuk artefak) diduga sekitar 2.800 SM. Dari penentuan umur absolut berdasarkan analisa carbon radiometricdating umur sampel serpihan karbon di bawah lapisan atas situs pada kedalaman 3-4 meter didapat umur maksimum (paling tua) 4.500 SM. Dengan kata lain perkiraan umur dari bangunan di lapisan atas adalah sekitar 2.800-4.500 SM.

Boediarto menambahkan, bangunan di bawah permukaan situs diduga kuat merupakan bangunan yang lebih tua. Soalnya hasil penentuan umur carbon radiometricdating dari sampel serpihan karbon yang terdapat pada pasir di rongga yang di-bor di Teras 5 tersebut, yaitu pada kedalaman antara 8-10 meter menunjukkan umur (maksimum) sekitar 10.500 SM.

Umur ini memang belum bisa dipastikan umur bangunannya karena bisa saja merupakan umur dari material pasir-nya itu (yang di bawah dari tempat lain). Tapi paling tidak umur ini sudah membuktikan bahwa lapisan batuan-tanah sampai kedalaman 15 meter adalah sebuah konstruksi bangunan bukan lapisan batuan alamiah (yang seharusnya berumur jutaan tahun berdasarkan data geologi di wilayah ini).

Menurut Boediarto, target ke depan tim akan melakukan analisis penentuan umur lapisan dan pemeriksaan lab dari materialnya. Termasuk untuk memastikan apakah situs Gunung Padang dan bangunan di bawahnya itu merupakan produk satu peradaban atau lebih dari satu peradaban yang kurun waktunya berbeda.

Target lain adalah melakukan survei analisis lanjutan untuk memvisualisasikan lebih jelas lagi arsitektur bangunannya, termasuk chamber-chamber yang ada di dalamnya dan juga melanjutkan membuka akses masuk.

Lalu mengeksplorasi lebih luas dan dalam lagi struktur bukit Gunung Padang karena berdasarkan survei pencitraan bawah permukaan yang sudah dilakukan ada indikasi bahwa struktur bangunan tidak terbatas hanya setinggi 15 meteran di bagian atasnya saja. Tapi sampai setinggi 100 meteran ke bawahnya (sampai level parkir-pintu masuk) atau bahkan sampai 300 meteran ke Level Sungai Cimanggu.

"Hal ini memang masih perlu survei yang lebih komprehensif, tapi kalau ternyata hal ini benar maka merupakan sesuatu yang "truly extraordinary," kata Boediarto.

Singkatnya, Situs Gunung Padang bukanlah produk artefak dari masyarakat purba yang masih primitif. Tapi merupakan produk dari peradaban tinggi atau merupakan bukti nyata Mahakarya Arsitektur dari zaman prasejarah Nusantara. "Jadi Gunung Padang dapat menjadi icon dan titik tolak untuk membuka lebih banyak lagi jejak peradaban nusantara yang gemilang di masa purba," tutup Boediarto.(ULF)

Sumber : http://berita.liputan6.com/read/416682/gunung-padang-ltemgttruly-extraordinarylt-emgt

22 June 2012

Membuktikan Gunung Padang, Membuktikan Sadahurip

Resume paparan 7 Februari 2012 tentang gunung padang: Analisis  bentang alam  memperlihatkan bahwa bukit di bawah Situs Gunung Padang ini tidak selaras dengan sekitarnya, mirip dengan G. Sadahurip tapi lebih “subtle”.  Sebagaimana G. Sadahurip, interpretasi geologi yang paling masuk akal untuk bukit yang “solitaire” ini adalah merupakan suatu intrusi batuan beku atau sebuah gunung api purba.
 
Namun, hasil survey pencitraan bawah permukaan Gunung Padang dengan memakai GPR (Ground Penetration radar), Geolistrik, dan Geomagnet tidak menunjang kearah dugaan bentukan proses geologi melainkan tapi malah lebih mengindikasikan suatu struktur bangunan buatan manusia. Tim sudah memakai teknologi yang paling mutakhir.  Untuk GPR menggunakan peralatan georadar dari GSSI (USA), geolistrik memakai teknologi multi-channel SuperSting R-8 (USA), dan geomagnet memakai peralatan dari GEM-Ovenhausser yang sangat sensitive dan biasa dipakai oleh para arkeolog dunia.

Tim melakukan banyak lintasan pengukuran geolistrik dengan berbagai konfigurasi ketelitian dan “depth of penetration” yang berbeda untuk memperoleh penampang struktur “resistivity” Utara-Selatan dan Barat – Timur.   Singkatnya, data geolistrik tidak memperlihatkan struktur intrusi magma, volcanic plug ataupun gunung purba, melainkan satu geometri yang sangat unik dan kelihatannya tidak alamiah.
  
Di bawah situs  ada lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meters (warna merah) dengan tebal sekitar 20-30meter, miring ke Utara tapi uniknya bagian atas lapisan ini seperti TERPANCUNG RATA (di kedalaman 20 meteran dari puncak) dan membaji pas di ujung selatan Situs.  Ini kuat mengindikasikan bahwa dari kedalaman 20 meter ke atas merupakan struktur (bangunan) yang dibuat manusia.  Lapisan high resistivity (merah)  biasanya adalah batuan keras massif – seperti batuan andesit-basalt.
 
Kemudian yang lebih mencengangkan lagi di bawah lapisan merah ini juga kelihatannya sukar untuk dikatakan bentukan geologi.  Di bawah lapisan merah ada lapisan yang “low-resistivity” dengan  bentukan-bentukan membulat dari zona very low resistivity (mendekati 1 ohm-m = true conductor). Yang lebih unik lagi lapisan biru ini dialasi oleh suatu struktur high resistivity (batuan keras) yang berbentuk seperti cekungan atau “cawan raksasa”.  Posisi cawan ini kira-kira sekitar 100 meter dari puncak atau setara dengan level tempat parkir di permulaan tangga untuk naik ke situs.
 
Kenampakan struktur cawan ini sangat konsisten terlihat di lintasan Utara-Selatan dan Barat-Timur dan diberbagai konfigurasi survey.   Sebagai informasi, keberadaan struktur seperti cawan atau kolam ini juga terdapat di penampang resistivity hasil survey geolistrik di Gunung Sadahurip.

Dugaan dari hasil survey Geolistrik bahwa lapisan sekitar 20 meter ke bawah dari atas situs adalah sebuah konstruksi bangunan  ditunjang oleh Survey GPR.  Survey GPR dilakukan berbagai lintasan atas situs dengan memakai antenna MLF 40 MHz dari SIR-20 GSSI yang dapat menembus kedalaman sampai sekitar 25-30 meteran. Dari GPR terlihat ada bidang “very high reflector” di kedalaman sekitar 3-5 meter dari permukaan di semua teras.  Bidang ini sangat horizontal dan juga membentuk undak-undak seperti situs di atasnya.
 
Dibawah bidang ini struktur lapisan tidak kalah unik. Ada lapisan melintang yang memotong lapisan-lapisan horizontal  yang  tidak mungkin merupakan struktur geologi untuk lingkungan di bukit ‘vulkanik’.   Singkatnya, penampang georadar sangat mendukung adanya  struktur bangunan sampai kedalaman 20 m.

Tim juga kemudian melakukan survey geolistrik 3-D di atas situs yang dimaksudkan untuk mendapatkan sub-surface structure yang lebih detil sampai kedalaman 25 meteran.  Survey  3-D berhasil meng-iluminasi struktur di bawah situs dengan baik.
 
Salah satu hasil yang membuat kami terperangah adalah kenampakan tiga tubuh “very-high resistivity” (lebih dari 50.000 ohm.m) di bawah situs.  Dengan nilai resistivitas setinggi ini kemungkinannya ada dua: tubuh yang sangat solid/pejal atau merupakan ruang (“CHAMBER”).  Dalam konteks-nya dengan struktur disekitarnya yang paling mungkin adalah merupakan ruang kosong  atau chamber.
 
Dimensi chamber tersebut kelihatannya sangat besar.  Ada satu yang kira-kira 10x10x10 meter.  Kekagetan kami tidak berhenti di sini.  Hasil survey geomagnet memperlihatkan ada anomaly magnetic yang tinggi di beberapa lokasi.  Salah satunya yang besar terletak persis disamping struktur yang diduga chamber besar.  Anomali magnetic tinggi bisa berasosiasi dengan timbunan barang-barang terbuat dari bahan metal/logam.

Kemudian, sebagai tahapan pembuktian selanjutnya, Tim sudah melakukan pengeboran di dua titik.   Lokasi bor yang dipilih sebenarnya bukan titik “Jack-pot” yang seharusnya di-bor berdasarkan survey geolistrik, georadar, dan geomagnet, misalnya persis di atas Chamber atau anomaly high magnetic-nya.  Hal ini dikarenakan lokasi-lokasi strategisnya dipenuhi tumpukan kolom andesit situs yang TIDAK BOLEH DIPINDAHKAN.

Tim mendapat ijin bor dari pihak berwenang tapi belum diperbolehkan untuk memindahkan bebatuan situs.  Walaupun demikian, hasil pemboran sudah cukup untuk membuktikan dugaan struktur bangunan dan juga sukses dalam mengkalibrasi hasil survey georadar dan geolistrik.

Pada Lubang Bor 1: dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah. Setiap kolom andesit ini dilumuri oleh semacam semen (sama seperti yang ditemukan waktu trenching dinas kepurbakalaan tahun 2000 sampai kedalaman 1.8 meter).  Sewaktu menembus 3m , Tim mendapat surprise karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit. 

Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal SUNGAI (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal 1 meteran (Catatan: jadi rupanya bidang reflektor yang terlihat pada GPR di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini).  Dari sudut teknik sipil, diduga  hamparan pasir ini dapat berfungsi sebagai peredam guncangan gempa. 

Dibawah kedalaman 4m , bor menembus struktur selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau.  Kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring (catatan: ini sesuai dengan survey GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring).

Baru dikedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan retakan.  Tubuh massif ini dibor sampai kedalaman sekitar 25 meter (note: sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu).  Banyak ditemukan serpihan karbon, diantaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18m yang lebih menguatkan bahwa lapisan kolom andesit dan tanah (atau semen) yang ditembus bukan endapan gunung api tapi struktur bangunan.

Bor ke-dua yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah (yang seperti tanah urugan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan  andesit keras. Di kedalaman 8 m terjadi hal mengejutkan – Total Loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 m. Inilah target utama-nya – tubuh very high resistivity yang terlihat jelas di Geolistrik 3-D.  Mata  bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia.  Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir ‘ayakan’ itu diselingi oleh ‘tembok’ andesit yang sepertinya lapuk.  Pemboran berhenti di kedalaman 15m.

Jadi Uji Pemboran berhasil melakukan kalibrasi survey Georadar dan Geolistrik. Satu diantaranya yang penting bahwa tubuh high resistivity yang terlihat di geolistrik adalah benar merupakan rongga.  Di lokasi Bor-2 rongga ini sebagian terisi oleh pasir ‘ayakan’ yang sangat kering.

Hasil sementara analisis carbon radiometric dating dari banyak serpihan arang yang ditemukan dikedalaman sekitar 3.5m. menunjukkan umur Carbon Dating sekitar 5500 tahun lalu yang kalau dikonversikan ke umur kalender adalah sekitar 6700 tahun BP atau sekitar 4700 SM.

Seorang arsitek  yang meriset di Gunung Padang berpendapat bahwa penataan tumpukan batuan di G.Padang Konstruksi bukan pekerjaan sembarangan tapi hasil olah arsitektur yang luar biasa. Setelah dilakukan studi banding ke Machu-Pichu (bangunan Piramid Inca di Peru), dia berkesimpulan bahwa desain arsitektur  G.Padang persis sama dengan Machu Pichu yang dibangun jauh lebih muda itu (sekitar 1400 AD).

Jadi, terlepas dari kasus Sadahurip, penemuan di Gunung Padang ini sudah berhasil membuktikan hipotesis Tim tentang keberadaan peradaban tinggi pada masa pra-sejarah yang bahkan jauh lebih tua dari peradaban piramida di Mesir.  Ini tentunya merupakan penemuan yang sangat monumental yang perlu ditindaklanjuti dengan cepat dan cermat. 

Tim sudah berhasil memverivikasi dugaan struktur bangunan sampai kedalaman 20 meter dengan uji sumur bor (coring).  Untuk langkah selanjutnya, kita masih harus membuat bor-coring  yang lebih dalam untuk membuktikan dugaan struktur bangunan sampai kedalaman 100 m (=seluruh bukit sampai level parker situs), bahkan mungkin bisa  sampai ke level sungai (sekitar 100 meter lagi ke bawah dari level parker)

Sumber : http://www.kepadamu.com/membuktikan-gunung-padang-membuktikan-sadahurip/

26 May 2012

50 Hektare untuk Ekskavasi Gunung Padang

Pemerintah Kabupaten Cianjur tak bisa menyediakan 150 hektare yang diinginkan Tim

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

VIVAnews - Tim Bencana Katastropik Purba yang difasilitasi Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur untuk menyiapkan lahan 150 hektare guna melakukan tahap lanjutan penelitian kawasan megalitikum Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Namun pemerintah setempat sepertinya tak sanggup menyediakan lahan seluas itu.

“Dari hasil pertemuan dengan Bupati, kami hanya sanggup menyediakan lahan seluas 50 hektare saja yang terbagi dalam tiga zonasi Gunung Padang sesuai kebutuhannya,” kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Himam Haris, pada VIVAnews, Senin 2 April 2012.

Luas lahan yang telah dibebaskan oleh Pemda Cianjur sesuai zonasi saat ini adalah zona inti seluas 1,5 hektare. Sedangkan zona penyangga yang sudah dibebaskan baru 4,5 hektare. Saat ini Pemda sedang mengupayakan pembebasan tambahan area untuk zona penyangga seluas 16 hektare sesuai kebutuhan.

Zona ketiga berupa zona wisata yang akan melibatkan masyarakat karena menyangkut perekonomian. Zona ini masih dalam tahap penelitian. Dengan adanya zona ketiga ini nanti masyarakat diharapkan mendapatkan penghasilan dengan tetap berpartisipasi menjaga keberadaan kawasan megalitikum Gunung Padang. Saat ditanya mengenai jumlah anggaran yang disediakan oleh Pemda Cianjur untuk pembebasan lahan ini, Himan tidak bersedia menyebutkannya.

Untuk penyedian lahan sesuai dengan kebutuhan Tim Bencana Katastropik Purba Pemda Cianjur terus berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Perlindungan dan Kepurbakalaan. Lembaga ini yang menentukan luas zonasi dan kebutuhannya. Berdasarkan rekomendasi dari lembaga ini, Pemda melakukan pembebasan lahan kawasan  megalitikum Gunung Padang. “Jadi 50 hektare yang Pemda Cianjur akan siapkan sudah sangat cukup, meski jumlahnya tidak sesuai degan permintaan,” kata Himam.

Sebelumnya Tim meminta pemerintah setempat menyiapkan lahan seluas 150 hektare untuk persiapan melakukan ekskavasi. Lahan luas dibutuhkan untuk menyusun bongkahan bebatuan dan melihat konstruksi Gunung Padang. Proses ekskavasi ini akan dilakukan oleh tim arkeologi yang nantinya mencoba melihat bentuk asli dari punden berundak yang diduga dikandung di perut gunung. Berbagai penggalian akan dilakukan di berbagi titik yang luas sehingga mampu menguak misteri yang ada.

Dari hasil eksplorasi, awal tim telah membuat sebuah sketsa yang memperkirakan situs megalitik Gunung Padang mempunyai lima altar terbuka dengan puncak sebuah batu menhir menjulang yang sekarang telah rubuh. Untuk memastikan itu tim masih memerlukan pekerjaan lanjutan berupa ekskavasi.

Selain itu tim juga menemukan berbagai anomali baru berupa umpakan yang berjumlah 13 umpakan kecil. Ke-13 umpakan ini mengarah ke perkampungan penduduk. Tim merasa ini sebagai sebuah mata rantai baru dari penelitian Gunung Padang.  Ini semua yang membuat tim mengajukan permintaan lahan hingga 150 hektare pada Pemda Kabupaten Cianjur. (sj)

Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/301164-50-hektare-untuk-ekskavasi-gunung-padang