22 October 2014

Dipresentasikan di Seoul, Situs Gunung Padang Undang Decak Kagum Peneliti Asing

Minggu, 19/10/2014 13:33 WIB

Indra Subagja - detikNews

 
 
Jakarta - Arkeolog UI Ali Akbar yang juga anggota tim terpadu riset mandiri Gunung Padang mempresentasikan perihal ekskavasi peninggalan megalitikum di Cianjur, Jawa Barat, itu di Korea Selatan.

Ali memberikan seminar dalam diskusi yang digelar sejak Kamis (16/10) lalu dengan tema "Problematising Megaliths of Southeast Asia and the Pacific" di Sogang University, Seoul, Korea.

"Hadir dalam konferensi tersebut para ahli dari berbagai negara terutama untuk mencermati perkembangan riset megalitik di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik. Para ahli yang hadir juga membandingkan dengan wilayah lain di dunia," kata Ali, Minggu (19/10/2014).

Ali melanjutkan, para pembicara berasal dari Korea, Amerika,‎ Inggris, Laos, Australia, Mariana Island, Kanada, Belgia, dan masih banyak‎ lagi negara lainnya.

"Saya mendapat kesempatan berbicara pada hari terakhir dan sebagai‎ pembicara terakhir. Presentasi saya berjudul "Recent Research at Gunung‎ Padang Megalithic Site ini Cianjur, West Java, Indonesia"," urai Ali.

Menurut dia, sebelumnya‎ paper ilmiah telah dikirimkan kepada panitia dan telah dibagikan kepada‎ para peserta. Para peserta tampak antusias saat menyaksikan presentasinya‎.

"Ekspresi yang sempat saya lihat di antara para peserta adalah decak kekaguman karena menyaksikan besarnya situs yang sedang diteliti dan‎ banyaknya temuan yang mengagumkan di situs tersebut. Para ilmuwan dan‎ peneliti dari mancanegara tersebut tercengang karena Situs Gunung Padang ternyata mempunyai ukuran yang sangat besar," jelas Ali.

Apresiasi juga diberikan karena metode dan teknik yang digunakan tergolong maju untuk riset arkeologi saat ini. Setelah presentasi, cukup banyak yang memberikan‎ ucapan selamat dan menunggu kabar baik dari riset selanjutnya.

"Beberapa peneliti dari berbagai negara juga menyataan siap jika dibutuhkan bantuannya. Bagi para peneliti tersebut, situs Gunung Padang tidak hanya penting dalam konstelasi megalitik Asia Tenggara tetapi juga dunia," tutupnya.

(ndr/nrl)

Sumber : http://news.detik.com/read/2014/10/19/133313/2723069/10/dipresentasikan-di-seoul-situs-gunung-padang-undang-decak-kagum-peneliti-asing

17 October 2014

Atasi Limbah Pabrik & Elektrikfikasi, Melalui Dua Alat Ini


http://jabarprov.go.id/assets/images/berita/gambar_9896.JPG

BANDUNG – Untuk mengatasi permasalahan limbah pabrik dan elektrifikasi atau kekurangan energi listrik, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melirik dua alat temuan hasil karya Dicky Zainal Arifin.
Kedua alat ini didemonstrasikan di hadapan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar di Rumah Dinasnya, Jl. Ir. H. Juanda Nomor 148 Dago, Bandung pada Senin malam (13/10). Pada demonstrasi alat yang juga disaksikan Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Jawa Barat Yerry yanuar, perwakilan para OPD terkait, serta Bupati Bandung Dadang M Nasser ini, Kang Dicky (sapaan akrab Dicky Zainal Arifin) memperagakan alat elektrifikasi listrik yang ia beri nama Balaruna. Alat ini berupa generator penghasil energi listrik yang tidak memerlukan bahan bakar untuk menghasilkanya. Uniknya, alat ini akan terus memproduksi listrik tanpa henti atau disebut overunity.

Lebih lanjut Kang Dicky menjelaskan sistem kerja alat ini seperti angka 8, sehingga gelombang elektromagnetik yang dihasilkan putaran menghasilkan energi yang tak pernah habis, karena terus men-charge atau memberi masukan energi yang dibutuhkan. ”Itu namanya generator tanpa bahan bakar, jadi prinsipnya overunity. Overunity itu maksudnya tanpa habis-habis seperti angka delapan, overunity-seperti ouroboros. Jadi, si listrik itu akan kembali men-charge lagi, men-charge lagi, men-charge lagi seperti itu. Itu free energy sebetulnya. Dan ini hal yang selama ini dunia cari” ungkap Kang Dicky.

Sementara biaya untuk memproduksi alat ini sangatlah terjangkau. Untuk membuat satu alat dapat menghabiskan dana hingga 1,5 juta rupiah. Namun dapat menerangi listrik hingga lima rumah karena dapat menghasilakan listrik hingga 600 watt. Namun, untuk menghasilkan energi yang lebih besar lagi, alat ini dapat disesuaikan ukurannya dengan energi yang dibutuhkan. Selain itu, alat ini pun dapat dibuat untuk sumber listrik alat elektronik tertentu, seperti balaruna untuk televisi, komputer ataupun yang lainnya.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar sangat mengapresiasi dan mendukung pengadaan alat ini sebagai solusi dalam program elektrifikasi untuk desa-desa di Jawa Barat yang belum terjangkau aliran listrik. ”Kita tahu sekarang di Jawa Barat masih banyak desa-desa atau rumah yang belum ada listrik. Karena masalah instalasinya yang begitu mahal. Jadi PLN juga kita tidak bisa paksa dan harapkan untuk membangun instalasi yang begitu besar. Nah, tadi ada elektrifikasi yang dengan harga murah. Teknologi ini akan kita kembangkan ke beberapa desa, sekaligus nanti yang buat adalah masyarakat desa. Tinggal kita training, sehingga jadi pemberdayaan ekonomi masyarakat juga untuk membuat alat-alat elektrifikasi tadi”, papar Wagub.
Wagub pun berharap alat ini dapat membantu sistem elektrifikasi masyarakat serta segera mengaplikasikan. Selain itu Wagub ingin Balaruna ini segera dipatenkan untuk menghindari pengakuan dan pemanfaatan dari pihak lain.

Selain Balaruna, dalam mengatasi limbah yang berasal dari industri yang berdampak pada pencemaran lingkungan, Kang Dicky juga telah menciptakan Alat Pemurni Air-khususnya limbah cair industri-yang sederhana dan terjangkau.

Wagub mengatakan bahwa saat ini masih banyak pabrik yang belum memiliki instalasi pengolahan air limbah atau Ipal yang baik. Untuk itu, pihaknya ingin mencoba alternatif teknologi tepat guna melalui Ipal yang terjangkau, sehingga dapat menjadi solusi agar dapat menjernihkan kembali air limbah yang dihasilkan industrti dan layak untuk dialirkan ke sungai-sungai.

Melalui alat pemurni air yang diaku Kang Dicky belum diberi nama ini, Wagub berharap melalui alat ini teknologi tepat guna dapat segera diaplikasikan untuk solusi Ipal yang murah. ”Ini bisa jadi suatu solusi bagaimana dengan Ipalnya yang murah, sehingga keluarnya di bawah baku mutu air sendiri, jadi tidak di atas baku mutu air. Jadi, memang layak untuk dialirkan ke sungai-sungai kita dengan harga yang murah. Kalau berhasil kita uji coba-ini menjadi solusi, jadi tidak ada lagi nanti pabrik-pabrik yang mengeluarkan limbah B3 tadi mencemari sungai-sungai kita. Jadi peneggakkan hukum kita bisa lakukan kalau dia (industri) memang tidak mau melakukan pengolahan limbahnya”, jelas Wagub.

Wagub pun menambahkan bahwa saat ini tengah dilakukan uji coba dalam mereklamasi sawah-sawah yang telah dialiri air limbah dengan mereklamasinya melalui pupuk tertentu.

Alat pemurni air ini sendiri memakai teknik Fisika dan gravitasi dalam mengoperasikannya. Kang Dicky mengatakan di dalam tabung alat ini terdapat beberapa lapis penyaring air tertentu yang dapat menjernihkan air limbah yang kotor dan beracun. ”Fisikalah ini, jadi mulai gravitasi. Kita pakai gravitasi dan kemudian ada penyarigan-penyaringan. Penyaringan-penyaringan yang itu resep saya sendiri. Jadi saya tidak meniru, resep-resep ini saya buat sendiri, ada apa saja di dalamnya dan sebagainya. Makanya dari limbah yang hitam bisa keluar bening”, papar Kang Dicky.

Sementara itu, Bupati Bandung Dadang M Nasser yang turut hadir menanggapi dengan baik adanya kedua alat pemurni air dan elektrifikasi ini. Khusus untuk alat pemurni air, ia pun berharap dengan alat ini pabrik-pabrik yang ada di wilayahnya dapat segera menerapkan Ipal yang terjangkau agar dapat segera mengendalikan limpahan limbah untuk mendukung program Citarum Bestari. ”Kami membutuhkan ini, tadi sudah bicara dengan pak Wagub-kaitan dengan penyelesaian situ hulu-hilir per 20 km Citarum. Terutama untuk Ipal limbah cair yang ada dimulai dari Ibun sampe ke Baleendah. Ini harus ada Ipal dan kita harus duduk bersama untuk membicarakannya”, harap Dadang.

Kang Dicky mengaku tujuan dirinya menciptakan alat ini adalah untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, sehingga nantinya alat ini akan diproduksi sendiri oleh masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan listriknya.

Untuk itu, perlu adanya upaya penerapan teknologi tepat guna agar dapat mengembalikan kondisi lingkungan dan alam kembali seperti semula. Dan hal ini dapat dilakukan melalui instalasi pengolahan limbah yang sederhana dan terjangkau bagi semua kalangan. 

Sumber : http://jabarprov.go.id/index.php/news/9896/2014/10/14/Atasi-Limbah-Pabrik-Elektrikfikasi-Melalui-Dua-Alat-Ini