27 January 2012

Situs Sadahurip dan Teknologi Tinggi di Masa Lalu

Oleh: Ir. Iwan Sumule

DI dalam dunia eksplorasi geologi minyak bumi, kami, para praktisi eksplorasi, punya semacam pedoman empiris terkait tanda-tanda permukaan, baik tanah maupun laut, yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan migas di bawah permukaan.

Apabila ditemukan rembesan migas di permukaan tanah atau laut berarti memang di bawah sana ada cebakan migas yang oleh karena penutupnya bocor halus atau perangkapnya tidak kuat (breaching) maka keluarlah rembesan-rembesan migas itu ke permukaan. Biasanya rembesan-rembesan itu keluar lewat patahan yang membatasi (atau memotong) suatu perangkap migas.

Dengan demikian, rembesan migas di permukaan mengindikasikan adanya cebakan migas di bawah permukaan. Tetapi cebakannya sudah bocor dan besar kemungkinan cadangannya juga sudah berkurang dari isi asalnya.

Nah, untuk daerah-daerah yang jauh dari rembesan dan atau sama sekali tidak punya rembesan migas di permukaan tanah atau laut, kemungkinannya ada dua.

Pertama, memang sama sekali tidak ada migas yang terjebak di bawah permukaan. Kedua, cebakan migas di bawah permukaan itu begitu besar dan kuat sehingga menghalang-halangi migas untuk sekadar merembes.

Lapangan migas raksasa Badak di Kalimantan Timur, contohnya. Di permukaannya tidak didapati rembesan migas. Tetapi 20 kilometer di sebelah barat, dimana lapisan-lapisan reservoir seumuran tersingkap di permukaan Lapangan Semberah, rembesan-rembesan migas keluar dari patahan-patahan pembatas. Cadangan migas Lapangan Semberah jauh lebih kecil dari cadangan migas Lapangan Badak.

Prinsip serupa mungkin juga berlaku di dunia arkeologi-sejarah.

Di sekitar temuan-temuan candi, atau situs megalit, biasanya ditemukan artefak-artefak yang terkait dengan kehidupan dan kebudayaan manusia yang berhubungan dengan keberadaan situs tersebut. Arca-arca kecil, alat-alat tukar perdagangan dari logam, terakota, dan sebagainya ditemukan di sekitar situs Majapahit di Jawa Timur atau di situs Istana Tenggarong di Kalimantan Timur.

Juga di sekitar Gunung Padang dimana ditemukan situs megalitikum, di kampung-kampung sekitar kaki bukit banyak diceritakan temuan-temuan artefak seperti alat-alat memasak, membuat api, dan sebagainya.

Apakah mungkin temuan situs-situs yang di sekelilingnya ditemukan berbagai artefak tersebut sebenarnya adalah situs-situs yang tidak begitu sentral perannya dalam keseluruhan tata budaya pada masa itu, sehingga di sekelilingnya ditemukan peninggalan-peninggalan "orang kebanyakan".

Sementara untuk situs-situs yang eksklusif, punya tingkat harga yang lebih tinggi, milik para petinggi, punya derajat kerahasiaan yang tinggi, berteknologi lebih tinggi, dan sebagainya, sengaja disembunyikan oleh para proponen pembangunnya untuk kepentingan masa datang di tempat yang jauh dari jangkauan masyarakat kebanyakan?

Apakah prinsip no-seep on giant field di dunia geologi-migas itu bisa juga diterapkan di dunia arkeologi? Menjadi: no-artefact around giant sites, yang berarti meskipun tidak ditemukan artefak-artefak kebanyakan di sekitar suatu area yang dicurigai sebagai situs, bukan berarti di daerah tersebut tidak ada situs. Malahan, bila ditemukan sebuah situs di tempat itu bisa diaanggap situs tersebut punya harga yang sangat tinggi di masa kebudayaan lalu. Bisa jadi situs tersebut punya teknologi yang tinggi sedemikian rupa. Karenanya diisolasi dari masyarakat kebanyakan dalam rangka menjaga secrecy atau kerahasiaanya.

Skeptisisme kalangan akademisi arkeologi-purbakala yang meragukan situs man-made di Gunung Sadahurip karena tidak ada catatan mengenai penemuan artefak-artefak di kaki gunung kemungkinan bersumber dari pemikiran linear dan mainstream keilmuan yang berpikir bahwa no-artefact no-sites!

Tapi kalau kita menerapkan prinsip no-seep on giant field bisa jadi temuan situs Sadahurip nantinya merupakan salah satu dari situs paling rahasia, paling berteknologi tinggi, paling terisolasi, dari yang selama ini kita ketahui.

Pemboran Gunung Sadahurip pada bulan Maret nanti akan menguak sedikit misteri. Kita berharap ini menjadi sesuatu. [***]

Penulis adalah Asisten Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, juga anggota Tim Bencana Katastropik Purba

Sumber : http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2012/01/27/53145/Situs-Sadahurip-dan-Teknologi-Tinggi-di-Masa-Lalu

18 January 2012

Investigasi Piramida Sadahurip - Jejak Misterius Trans7

rekaman acara TV Jejak Misterius dengan episod Investigasi Piramid Sadahurip. Hanya kenapa di "kaitkan" dengan Atlantis bukan LEMURIA. Apakah karen data-data atau peninggalan dari Bangsa LEMURIAN sulit di temukan?


Investigasi Piramida Sadahurip - Jejak Misterius Trans7 credit to uploader blasjonx

Investigasi Piramida Sadahurip - Part 1



Investigasi Piramida Sadahurip - Part 2



Investigasi Piramida Sadahurip - Part 3



Investigasi Piramida Sadahurip - Part 4

16 January 2012

Gunung Sadahurip dan Gunung Padang Menurut Dicky Zaenal

Jakarta, 10/1 (SIGAP) - Dicky Zaenal, pengarang tetralogi Arkythirema sekaligus inovator teknologi air dan pembawa acara di sebuah televisi memberi tanggapan tentang gunung SADAHURIP dan Gunung padang.

Untuk Gunung SADAHURIP di Garut , mengapa masyarakat disana mengatakan SADAHURIP , itu ada filosofi nya .

HURIP artinya HIDUP atau lebih dalam lagi artinya adalah KEHIDUPAN . Sedangkan SADA berarti BUNYI .

Karena di Sunda berlaku hukum bacaan DM atau Diterangkan Menerangkan , dan itu sesuai dari hukum alam , bahwa segala putaran di alam semesta itu bergerak dari arah kanan ke kiri , lalu di adopsi menjadi hukum membaca dari kanan ke kiri , karena kinerja otak dari kanan ke kiri juga , maka jadilah nama SADAHURIP artimArtinya KEHIDUPAN BERBUNYI , atau kalau kita terjemahkan lebih mendalam adalah Kehidupan Berbunyi berawal dari sana.

Makanya wajar kalau disana terletak artefak awal kehidupan yang bernama MORTAPHRABEENA , atau alat untuk membantu proses kelahiran bangsa LEMURIA ..Tetapi apabila diterjemahkan secara MD atau menerangkan dan diterangkan , arti SADAHURIP bisa bermakna sama , berarti BUNYI KEHIDUPAN berawal dari sana.

Inilah dalamnya makna SADAHURIP , dimana unsur penamaan pun disesuaikan dengan sejarah awal dari tempat atau piramida tersebut.
Di bolak - balik pun arti SADAHURIP bermakna sama , dan ternyata berarti " dari sana lah berawalnya bunyi kehidupan atau kehidupan berbunyi ".

Mengapa pula disebut Gunung Putri , karena sering terlihat sebuah cahaya muncul dari Gunung tersebut bagaikan sebuah Putri muncul dari KA - HYANG - AN , atau tempat bersemayamnya para HYANG .Karena lapisan tanahnya tidak begitu dalam dan hara tanahnya tidak begitu baik , maka permukaan tanah disana tidak begitu subur untuk menanam pohon besar.

Makanya , Gunung SADAHURIP tidak begitu terlihat "gondrong" seperti gunung yang lain ..Ada juga sebagian masyarakat disana yang menyebut itu sebagai gunung ASEUPAN , karena berbentuk seperti ASEUPAN atau alat untuk menanak nasi.

Untuk situs Gunung Padang , ternyata itu bukan situs bagi persembahan Para Hyang , tapi itu adalah situs untuk melacak keberadaan Bintang ORIGOM.

Bintang ORIGOM adalah Bintang untuk untuk perhitungan kalender Galaxy Bima Sakti.

Terbukti disana ada peninggalan berupa batu SADA.

Batu itu diperuntukan untuk mendeteksi perubahan alam secara cepat , dan ada gundukan yang meninggi sebagai akselerator.

Pertanyaannya , siapakah yang memberantakan situs itu secara sengaja ? Karena terlihat jelas , bahwa ada upaya-upaya agar kita tidak memahami apa yang ada di situs tersebut.

Ada beberapa lapisan lagi ke bawah situs yang berada di gunung padang . Juga ada mekanisme modern di bawah lapisan kedua yang terdapat di gunung padang. (lap/har)

Sumber : http://www.sigapbencana-bansos.info/berita/19945-gunung-sadahurip-dan-gunung-padang-menurut-dicky-zaenal.html

03 January 2012

ARKHYTIREMA Buku ke - 2 : SHANTYADUTHA

Novel ARKHYTIREMA 2 A300



Buku kedua ini menceritakan ARKHYTIREMA sebagai SHANTYADUTHA, atau Duta Perdamaian. Berbeda dari buku pertama, buku kedua dikemas dalam tiga bab. Bab satu, yaitu Krisis GOGOMA diterbitkan insya Allah pada awal Januari 2012. Dengan pengemasan menjadi tiga bagian seperti ini, pembaca dapat menyelami cerita petualangan ARKHYTIREMA secara bertahap dan tentu saja, buku yang dibaca pun menjadi lebih handy untuk dibawa kemana-mana dan harga buku tentunya menjadi lebih murah bila dibandingkan ketiganya dikemas dan dicetak dalam satu buku. Di buku 2A ini, petualangan ARKHYTIREMA tentunya semakin menarik untuk dibaca! Simak saja sinopsis singkatnya:


Sinopsis Buku 2A: Krisis GOGOMA

Setelah bertemu dengan ADHAMA, ARKHYTIREMA digembleng di KANDRADINUKHA hingga usianya mencapai 15 tahun. ADHAMA memberikan amanah ARKHYTIREMA sebagai Duta Perdamaian. Tugas pertama ARKHYTIREMA adalah menyelesaikan Krisis GOGOMA. Namun demikian, misinya itu membawa ARKHYTIREMA berkelana ke planet GOGOMA, TRUNKA dan VRESTASS, di mana ia harus melawan ORTOKA, WALATROD dan TRONDALLO, serta berkenalan dengan bangsa TRUNKA.

Inilah pertama kalinya ARKHYTIREMA bertemu dengan Empat Raja Bangsa Besar: Pemimpin Bangsa TARX yang Agung, KALFRODUMTRA; Pemimpin Bangsa BROPA yang Kuat, TRENDAVA; Pemimpin Bangsa ZNEZNELA yang Berbudaya, FLISUALINITZ; Raja Besar dari Bangsa MOSRAM Sang Pengubah, ALMUNROTEPH, serta seorang bayi unik bernama KHRIED.


Yang Baru di Buku 2A: Kamus Bahasa dan Ruang GAMMA

Seperti buku pertama, buku kedua terdiri dari dua buku, novel dan Glosarium. Namun, ada dua hal yang baru di Buku 2A. Pertama, Glosarium Buku 2A tidak hanya berisi huruf, angka dan istilah LEMURIAN saja, namun juga kamus bahasa beberapa bangsa, yaitu Bangsa TARX, Bangsa ZNEZNELA, Bangsa MOSRAM dan Bangsa ATLANTIS! Kamus bahasa itu tidak saja membeberkan arti atau makna saja, namun juga nilai atau rasa bahasa dalam budaya bangsa-bangsa tersebut. Diharapkan melalui kamus bahasa ini, kita mengenal budaya dan karakter bangsa-bangsa, selain bangsa LEMURIAN, secara bertahap.

Hal kedua yang baru dari Buku 2A adalah Ruang GAMMA yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengstimulasi otak kita mengupas dan mempelajari lebih jauh nilai-nilai serta materi yang ada dalam novel Trilogi ARKHYTIREMA. Pada forum latihan gabungan di UNINUS Ahad (18 Desember 2011) lalu, kang Dicky sebagai penulis Trilogi ARKHYTIREMA mengutarakan bahwa Buku 2A ini mengstimulus otak pembaca untuk berpikir. Sejalan dengan itu, "Ruang GAMMA" hadir. Pemberian nama "Ruang GAMMA" terinspirasi dari Bab 3 Buku Pertama Trilogi ARKHYTIREMA. Metode pengajaran yang digunakan di Ruang GAMMA ini mengutamakan holographic dibandingkan bacaan. Metode yang sama yang digunakan ADHAMA ketika menggembleng ARKHYTIREMA di KANDRADINUKHA. Bila pembaca disuguhi bacaan, maka Ruang GAMMA adalah kelanjutan dari bacaan tersebut, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang mengstimulus otak kita. Novel trilogi ARKHYTIREMA adalah sebuah cerita tentang petualangan ARKHYTIREMA, kisah warisan budaya bangsa LEMURIAN yang juga sarat dengan keilmuan, dunia persilatan, hingga nilai-nilai filosofis hidup. Semoga novel ini membantu memicu otak kita untuk berpikir lebih jauh dan mendalam, dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita tergerak untuk mempelajari substansinya lebih jauh lagi dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dalam kehidupan sehari-hari.